Tab

Selamat Datang di Blog Resmi Misdinar Santo Paulus Juanda, Sidoarjo

Selamat datang di blog resmi Misdinar St. Paulus Juanda, Sidoarjo. Blog ini dibuat sebagai media komunikasi antar anggota PPASTSP (Putera-Puteri Altar St. Tarsisius paroki St. Paulus) selain Facebook dan Twitter.

Senin, 08 September 2014

APAKAH TUGAS AKOLIT (MISDINAR)?

Akolit merupakan panggilan pelayanan. Namun pertama-tama harus disadari bahwa akolit merupakan anggota umat beriman. Dalam persekutuan liturgis tersebut ia merupakan bagian dari umat Allah. Ia harus hadir sebagai umat dengan tujuan utama merayakan peristiwa keselamatan dalam liturgi.  Bersama dengan umat Allah, seorang akolit dipanggil untuk melaksanakan tugas pelayanan khusus yakni mendampingi pemimpin perayaan pada saat-saat tertentu demi memperlancar tugas pemimpin. Dengan demikian secara tidak langsung akolit melayani juga umat yang datang untuk merayakan liturgi di bawah pimpinan selebran utama. Seluruh pelayanan akolit harus menjadi doa, bukan semata-mata satu pelayanan teknis.
Dalam liturgi Gereja, kita mengenal macam-macam pelayan khusus. Ada pelayan yang menjalankan tugasnya berdasarkan tahbisan seperti diakon, imam, uskup, paus. Tetapi  ada juga pelayan tak tertahbis. Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan imamat rajawi yang mereka terima pada saat pembaptisan. Pelayan tak tertahbis itu antara lain pemimpin koor, pembawa bahan persembahan, akolit, dan lektor.
Inti dari seluruh perayaan liturgi adalah menghadirkan misteri keselamatan. Seluruh umat Allah merayakan misteri keselamatan. Dalam perayaan tersebut, semua tugas pelayanan membantu mengarahkan perhatian umat kepada inti misteri keselamatan. Dengan pelayanan para akolit serta pelayan liturgi lainnya, diharapkan umat menghayati atau mengalami inti misteri yang dirayakan. Pusat perhatian harus diberikan kepada inti misteri. Hendaknya akolit menarik perhatian umat kepada inti misteri bukan kepada dirinya sendiri. Ia mesti berusaha agar umat dapat lebih bersatu dengan inti misteri yang sedang dirayakan. Oleh karena itu seluruh sikap atau gerak-gerik dan perhatian dari akolit harus diarahkan atau dipusatkan kepada inti misteri itu. Seperti semua pelayan liturgi lain, seorang akolit harus ikhlas, jujur, wajar. Ia harus mampu mengungkapkan misteri Allah dengan anugerah-Nya dan keterbukaan manusia terhadap misteri itu. Penampilan yang jujur dan ikhlas perlu sekali. Ia harus memelihara dan menjaga seluruh gestikulasi yang berhubungan erat dengan mata, wajah, tangan, kaki. Dengan kata lain ia harus memelihara disiplin tubuhnya dan tentu saja disiplin hati. Tubuh dan hati yang punya disiplin akan jauh lebih mudah mengarah kepada sumber keutuhan dan disiplin itu sendiri yaitu Tuhan. Dengan cara itu ia menarik perhatian umat kepada inti misteri perayaan, kepada Tuhan dan karya-karya-Nya yang agung.
Berdasarkan pemahaman ini, dapat dilihat bahwa pelayanan seorang akolit memiliki tiga dimensi. Pertama, dengan pelayanannya seorang akolit membantu menghadirkan misteri keselamatan yang datang dari Allah. Di sini seorang akolit melayani Allah. Kedua, seorang akolit pun melayani umat dalam arti membantu mengarahkan perhatian umat kepada inti misteri keselamatan. Ketiga, secara teknis seorang akolit melayani imam atau diakon, yang bersama-sama bertugas untuk melayani Allah dan umat Allah.

Pelaksanaan Tugas Akolit

Peran akolit yang mendapat perhatian kita di sini adalah fungsi teknisnya untuk membantu imam ataupun diakon. Walaupun dikatakan bahwa ini fungsi teknis, pelaksanaan fungsi inilah yang merangkum ketiga dimensi dari fungsi seorang akolit. Melalui pelayanannya kepada imam atau diakon, seorang akolit melayani kehadiran Allah dan juga melayani umat dalam memberikan tanggapan terhadap sapaan Allah. Dengan menjalankan sebaik-baiknya tugas pelayanan yang sifatnya teknis itu, ia mengarahkan seluruh perhatian kepada inti misteri yang dirayakan.  Seluruh sikap gerak geriknya mesti mengarah pada inti misteri dan menarik perhatian umat ke sana. Fungsi akolit tak terlaksana bila dengan gerak geriknya ia menarik perhatian umat kepada dirinya atau kepada hal lain.  Dalam hal ini akolit harus memiliki disiplin diri: disiplin hati dan budi, disiplin gerak, disiplin mata.
Akolit sesuai dengan fungsinya selalu bersama pemimpin liturgi. Ia melayani pemimpin liturgi mulai dari sakristi hingga kembali ke sakristi. Ia melayani pemimpin upacara supaya pemimpin liturgi itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan lancar.
Berikut ini diuraikan tugas-tugas akolit menurut tahap-tahap perayaan liturgi khususnya Ekaristi. Agar memudahkannya, tahapan ini dibedakan ke dalam Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung, Komuni, dan Ritus Penutup.

Ritus Pembuka:

Ritus Pembuka dimulai dari sakristi dan diteruskan dengan perarakan menuju ke altar sementara koor atau umat menyanyikan Lagu Pembuka.
Tugas akolit di sini adalah sebagai berikut:
  1. Berjalan bersama imam, berarak bersama mendahului imam. Dengan seluruh sikapnya akolit turut membantu menyiapkan seluruh umat mengambil bagian dalam perayaan sambil mewartakan bahwa Tuhan sedang mendatangi umat-Nya dan mau tinggal di tengah mereka. Para akolit membawa serta sejumlah peralatan liturgis yang secara simbolis mengungkapkan penghormatan kepada Tuhan yang datang ke tengah umat. Peralatan peralatan itu antara lain (khususnya dalam perayaan meriah):
    1. Api dalam stribul (wiruk) dan kemenyan untuk pedupaan.
    2. Salib yang diapit lilin-lilin bernyala.
    3. Bejana dengan air berkat dan alat percik
    4. Lonceng, bila perlu, untuk memberi tanda bahwa perayaan akan segera dimulai.
    5. Tongkat kegembalaan dan mitra uskup (dalam perayaan meriah yang dipimpin Uskup).
  2. Di depan altar akolit bersama pemimpin memberi hormat kepada Allah yang hadir di dalam tempat ibadah. Sesudahnya akolit meletakkan peralatan liturgis di tempatnya yang tepat. Misalnya, lilin dapat diletakkan di dekat atau di atas altar, salib dapat dipancangkan di sebelah kiri altar (terutama kalau tak ada salib besar yang menghadap umat) atau dibawa ke sakristi. Pembawa pedupaan mendekati altar dan melayani imam untuk mendupai altar dan salib. Sementara itu akolit yang lain berdiri di tempat yang telah disediakan. Kalau pernyataan tobat dibuat dengan percikan air berkat, akolit atau putra-putri altar membantu membawa air berkat sambil menghantar imam untuk mereciki umat.
  3. Akolit dapat melayani imam dengan memegang buku misa di dekat kursi imam agar dapat dibaca oleh pemimpin dengan mudah dan dengan sikap tangan yang sesuai. Akolit dapat juga membantu imam atau diakon untuk mempersiapkan buku misa di altar.

Liturgi Sabda:

  • Pada waktu Mazmur tanggapan hampir selesai dibawakan, akolit mengambil pedupaan untuk dibakar oleh imam.
  • Bila ada perarakan Kitab Suci, pembawa pedupaan dan lilin mengambil bagian dalam perarakan itu. Tempat mereka ada di depan perarakan .
  • Akolit pembawa lilin mendekati mimbar sabda lalu berdiri di sampingnya.
  • Di depan mimbar Sabda pembawa pedupaan melayani diakon atau imam untuk mendupai buku bacaan Injil (Evangeliarium).
  • Setelah bacaan Injil, para akolit meletakkan peralatan liturgi di tempatnya dan kembali ke tempat duduk masing-masing.

Persiapan Persembahan dan Doa Syukur Agung (DSA)

Pada waktu persiapan persembahan dan DSA tugas dari para akolit adalah:
  • Menghantar wakil-wakil umat yang membawa bahan-bahan persembahan ke altar.
  • Menyiapkan stribul (wiruk) dan kemenyan.
  • Membantu imam menyiapkan altar.
  • Menyiapkan altar ( kalau tidak ada diakon, dan kalau mendapat persetujuan dari imam, jadi harus ada konsultasi lebih dulu dengan imam): menghamparkan kain corporale di tengah altar dan meletakkan di atas kain korporale peralatan-peralatan Ekaristi seperti piala dengan pala (penutup piala), patena dengan hosti besar, sibori dengan hosti kecil di dalamnya, kain purifikator (kain pembersih piala).
  • Melayani pemimpin untuk mencuci tangan dengan membawa air dan kain lavabo (untuk mengeringkan tangan yang basah). Bila ada pendupaan, ritus cuci tangan ini dibuat sesudah pendupaan. Ketika mengambil pedupaan akolit tunduk di depan altar. Api dalam stribul (wiruk) harus sedang membara agar mudah terjadi pembakaran kemenyan bila dicampur dalam api yang akan menghasilkan kepulan asap dan bau harum mewangi. Hendaknya kemenyan tidak dicampur dengan tepung lilin atau bahan lain yang mengurangkan atau menghilangkan keharumannya.
  • Membantu imam dalam pendupaan, mendupai imam pemimpin (lalu konselebran kalau ada) dan mendupai umat. Sebelum pendupaan para konselebran dan umat baiklah diberi tanda supaya mereka berdiri dan  menundukkan kepala lalu akolit mendupai mereka. Pendupaan dibuat 3 x 3.
  • Membunyikan lonceng kecil atau alat bunyian lain (sesuai kebiasaan setempat) pada saat awal epiklesis, awal kisah institusi dan sesudah kata-kata konsekrasi.
  • Membuat pendupaan di depan altar pada saat hosti dan anggur yang kudus dihunjukkan.

Komuni

  • Akolit dapat juga menjalankan fungsi pelayanan komunio (membagi komunio). Akolit dengan tugas khusus ini disebut “pelayan komuni tak lazim”.
  • Bila disetujui oleh imam akolit dapat membersihkan dan merapihkan perlengkapan misa sesudah komunio di altar atau di meja credens.
  • Memberikan komuni pada orang sakit yang bisa dilakukan sesudah misa.

Ritus Penutup

  • Memberikan penghormatan di depan altar.
  • Mengantar imam kembali ke sakristi.
Sumber : kastolisitas.org

Senin, 12 Agustus 2013

Jadwal Tugas Agustus 2013




Koord :
·         Sabtu sore          : Bintang (083856265808)
·         Minggu pagi       : Bentar  (085732184855)
·         Minggu sore       : Alfon    (089678047052)

Rabu, 12 Juni 2013

Jadwal Tugas Juni 2013

Minggu, 30 September 2012

Jadwal Oktober 2012


Minggu, 02 September 2012

Jadwal Tugas September 2012


Rabu, 25 Juli 2012

JADWAL TUGAS PPASTSP AGUSTUS 2012


Sabtu  ( 17.30)
·           4 Agu   : Alvin, Aditya, Michele, Caroline
·         11 Agu  : Leo, Dhensi, Adi, Xerxes
·         18 Agu  : Billy, Nico, Caca, Lia
·         25 Agu  : Indah, Michele, Angel, Rani

Minggu (07.30)
·           5 Agu   : Dhoni, Surya, Clara, Caca
·         12 Agu  : Noel, Hanhan, Ella, Gwen
·         19 Agu  : Daniel, Vanio, Ebeth, Dinda
·         26 Agu  : Marbel, Caroline, Edward , Frans

Minggu (17.30)
·           5 Agu   : Bintang, Bentar, Xerxes, Dhensi
·         12 Agu  : Ian K, Aditya, Regina, Lia
·         19 Agu  : Pius, Ricky, Adi, Alfon
·         26 Agu  : Arya, Albert, Gita, Oda

Jumat Pertama (3 Agustus pk 18.00) :  Adi, Aditya, Cleo, Gita

Misa Kemerdekaan (17 Agustus)
·         Pagi (07.30)         : Ade, Xerxes, Rani, Angel
·         Sore (17.30)        : Pius, Arya, Clara, Ella

Koord :
·         Sabtu sore          : Bintang (083856265808)
·         Minggu pagi       : Bentar  (085732184855)
·         Minggu sore       : Alfon    (089678047052)

Selasa, 17 Juli 2012

St. Tarsisius

Pada abad pertama sampai abad ke 4, orang-orang kristen yang berada di bawah kekuasaan Roma sering kali mendapat penekanan yang sangat keras. Mereka tak boleh mengikuti misa kudus secara terang-terangan. Bila kedapatan oleh tentara Roma, mereka akan ditangkap dan dihukum. Bila mereka tetap berkeras mempertahankan iman mereka akan Yesus yang bangkit, maka mereka akan dihukum mati. Walaupun hidup dalam situasi yang demikian, namun ada begitu banyak orang yang tak segan-segan menghidupi iman mereka akan Yesus yang bangkit secara terang-terangan.

Di saat ketika gereja dianiaya kekuasaan Roma tersebut ada seorang kudus terkenal, namanya St. Tarsisius. Ketika ia berumur sekitar sepuluh tahun, ia bersama ibunya seperti biasa mengikuti misa pagi. Setelah memperhatikan sekelilingnya, Tarsisius mengetuk sebuah dinding batu. Ternyata itu adalah pintu menuju sebuah kapela kecil bawah tanah yang sangat   rahasia. Seseorang muncul dengan obor menyala dan menerima Tarsisius beserta ibunya menuju ruang kapela bawah tanah yang gelap itu, yang sering disebut katakombe. Mereka berjalan seakan merangkak masuk, dan di sana ditemukan begitu banyak umat yan sedang berdoa.

Tak lama berselang masuklah seorang imam dan mereka secara bersama-sama merayakan perjamuan Tuhan. Umat secara bersama-sama bedoa dan bernyanyi. Setiap kali Tarsisius mendengar imam berkata; 'Makanlah dan minumlah,Inilah tubuhku,Inilah Darahku,', ia merasakan kedamaian yang amat mendalam dan tak terkatakan. Ia selalu merasa amat bahagia bila setiap hari menerima tubuh Kristus.

Namun pada hari itu, setelah misa selesai imam yang memimpin misa melihat sekeliling dan berseru; 'Sama saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit dan saat ini sedang berada dalam penjara itu,   besok akan dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka cuman berharap agar sebelum mereka mati di mulut singa-singa lapar tersebut, mereka menerima santapan kekal, tubuh Tuhan yang maha kudus. Siapakah yang rela menuju penjara untuk menghantar Ekaristi kudus ini?'

Umat saling memandang ketakutan; 'Pastor, engkau tak boleh pergi karena para serdadu sedang berusaha menangkap engkau.' Seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat menawarkan diri untuk pergi ke penjara. Namun ia tidak diijinkan karena para serdadupun sedang berusaha menangkapnya. Tarsisius merasa bahwa ia mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukan kepala.

Tarsisius berdiri dan berkata; 'Bapak Pastor, Biarkan aku menuju penjara membawa tubuh Kristus buat sama saudara kita di sana.' 'Engkau masih begitu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kaubuat?' 'Bapak Pastor, percayalah. Saya akan berhati-hati, dan akan menjaga Ekaristi mahakudus ini tiba dengan selamat.' Melihat keberanian Tarsisius, sang imam lalu membungkus Sakramen mahakudus itu dan diberikannya kepada Tarsisius. Tarsisius secara aman melewati daerah yang dijaga serdadu Roma. Ketika ia melewati sebuah lapangan, dilihatnya sejumlah anak sedang bermain di sana. Tarsisius ingin melintasi jalan lain, namun ia keburu dilihat oleh anak-anak itu. 'Tarsisius, Tarsisius, Mari bermain bersama kami. Kebetulan kami  kekurangan satu orang nih.' Demikian mereka mengajaknya bermain. 'Aku nggak bisa bermain sekarang. Tapi nggak lama nanti aku akan kembali. Nunggu aku ya.' Kata Tarsisius.

Anak-anak itu datang mengerumuninya. Melihat bahwa Tarsisius memegang sesuatu di tanganya, mereka menarik tangannya berusaha untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya, ia bahkan semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Karena itu ia terjatuh di tanah. Satu di antara anak-anak itu karena tak berhasil melepaskan tangan Tarsisius berkata, 'Mari saya buktikan siapa yang paling kuat.' Ia mengambil sebuah batu dan dilemparkannya ke arah Tarsisius. Tangannya tetap tak terbuka. Kini ia semakin kuat memeluk Sakramen mahakudus ke dadanya. Ia berkata secara berbisik; 'Yesus, saya tak akan membiarkan mereka membawamu pergi. Bantulah aku.' Anak-anak itu semakin marah dan merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali. Tak berapa menit, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba ada suara berkata; 'Stop! Mengapa kamu menganiaya seseorang secara kasar?'

Ternyata serdadu Romawi yang bertobat, yang pertama menawarkan diri membawa Sakramen mahakudus itu mengikuti Tarsisius dari kejauhan. Ia berlari ke arah Tarsisius, dan memeluknya dengan perasaan sedih. Ia   menggendong Tarsisius di panggkuannya. 'Tarsisius, Tarsisius.' Panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata, 'Tubuh Kristus masih di tanganku.' Setelah mengatakan kata-kata itu Tarsisius menghembuskan nafasnya.

---------------
Tarsisius, seorang kudus cilik. Ia kini diangkat oleh gereja menjadi pelindung para putra dan putri altar.

www.pondokrenungan.com